Wagimin,
pendiri sekaligus pemilik Sanggar Wayang Wagimin yang beralamat di dusun Kepuh, Kelurahan
Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kab. Wonogiri. Bapak Wagimin di yang kini beliau berusia 55 tahun. Beliau
mulia menggeluti dunia perwayangan mulai tahun 1985 hingga sekarang, Pak
Wagimin menggeluti dunia perwayangan dikarenakan hoby. Dari hoby tersebut pak
Wagimin mulai menggeluti dunia perwayangan dalam bidang pembuatan wayang.
Pada awalnya pak Wagimin mengenal
wayang dari mendengar cerita dalang yang
pentas. Beliau lebih memilih menjadi
penatah wayang bukan menjadi dalang dikarenakan Pak Wagimin sudah terlanjur
menjadi pengrajin wajang, dan kurang paham menganai jalan cerita perwayangan. Membuat
wayang tidak hanya dikarenakan dari pesanan saja, melainkan untuk stok, apabila
nanti wayang tersebut ada yang berniat untuk membelinya, tetapi pada saat ramai
pesanan wayang seperti saat ini, beliau hanya membuat untuk pesanan saja dulu. Pembeli wayang buatannya sangat beragam,
mulai dari kalangan dalang, penjual (pedagang wayang), masyarakat umum, dan
tokoh- tokoh msyarakat, baru saja Pak Wagimin memenuhi pesanan 1 kotak wayang
untuk mantan menteri era orba (Harmoko). Untuk sementara ini pembeli baru
berasal dari kalangan domestik, Indonesia saja, kalaupun ada pembeli dari luar
negeri biasanya mereka datang langsung, Pak Wagimin belum pernah meng-ekspor
wayang buatanyya ke luar negeri, wayang buatannya baru di kirim ke luar pulau
jawa saja.
Gambar 2. Wagiman
Alat- alat yang digunakan untuk menatah membuat
wayang seperti tatah wayang, cat, grenjeng, lem, dan gapit. Tak lupa kulit
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan wayang. Untuk kulit yang digunakan
diperoleh dari perusahaan kulit di Jogja dengan cara memesan, sedangkan untuk
gapit diperoleh dari pengrajin di daerah tersebut, dan apabila tidak mencukupi,
maka akan mencari di desa Kuwel di Klaten. Disini gapit dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu gapit tanduk, gapit sintetis dan gapit dari bambu, gapit dari tanduklah
yang sangat digemari dan yang sedikit
membedakan harga sebuah wayang. Gapit tanduk pun masih dibedakan menjadi dua,
yaitu gapit tanduk “bule” dan gapit tanduk hitam. Sebenarnya semua jenis kulit
dapat dijadikan menjadi bahan baku pembuatan wayang, tetapi kulit kerbaulah
yang paling bagus untuk di buat menjadi sebuah wayang. Kulit yang memiliki
kualitas bagus adalah kulit yang keliahatan bening atau transparan.
Gambar 3. Peralatan yang digunakan untuk membuat wayang
Gambar 4. Gapit wayang
Lama pembuatan satu tokoh wayang berkisar satu
minggu. Lama pembuatan satu set (satu kotak wayang) tergantung jumlah wayang
dalam kotak tersebut biasanya pemesan yang memesan 200 wayang dalam satu kotak
bisa selesai dala waktu empat bulan. Satu kotak wayang biasanya berisi dari
200- 300 wayang, itu tergantung dari pemesan mau berisi berapa wayang, tetapi
pembuatan wayang yang memiliki mutu yang bagus (prodo emas) bisa memakan waktu
enam sampai tujuh bulan. Adapun tokoh- tokoh wayang yang paling rumit proses
pembuatan yaitu tokoh kresno, dan Janoko. Dalam pembuatan tokoh wayang tersebut
bisa membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain, proses penatahannya
saja bisa memakan waktu empat sampai lima hari, sedangkan bila sampai selesai
bisa sampai sekitar sepuluh hari. Harga setiap wayang berbeda beda, tergantung
pada ukuran, kerumitan dan mutu dari sebuah wayang tersebut. Disini mutu wayang
dibedakan menajadi dua, yaitu prodo grenjeng dan prodo emas. Untuk prodo grenjeng wayang- wayang disini bandrol
sekitar empat ratus sampai empat ratus lima puluh ribu rupiah, sedangkan untuk
wayang prodo asli (prodo emas) bisa
lebih dari satu juta rupiah. Harga dari satu set wayang berkisar 80 juta untuk dua ratus wayang.
Dalam sanggar wayang ini memiliki 10 karyawan. Para karyawannya kebanyakan
tidak mengerjakan wanyang tersebut di sanggar ini melainkan dikerjakaan dirumah
masing- masing. Disini satu wayang dikerjakan oleh satu orang. Karyawannya
berasal dari warga sekitar. Menjadi pembuat wayang adalah penghasilan utama
dari bapak Wagimin. Dalam sanggar ini dalam satu bulan bisa membuat wayang empat
puluh hinga lima puluh wayang. Omset sanggar wayang ini berkisar enam belas
juta rupiah.
Gambar 5. Proses Pembuatan Wayang
Kesulitan yang sering dialami oleh Sanggar Wayang
Wagimin yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku (kulit) atau alat karena pasokan
sering telat. Selain itu kesulitan lain dari sektor penjualan, seringkali
wayang menumpuk belum terjual.
Sangar wayang ini dahulu juga sering mendapat
perhatian dan bantuan dari pemerintah. Bantuan berupa alat- alat untuk membuat
wayang dan pelatihan- pelatihan. melalui Kementrian Perindustrian dan Perdagangan,
wayang- wayang buatan pak Wagimin sering dipamerkan dalam beberapa kesempatan.
Hal terindah selama menjadi pengrajin wayang adalalah ketika banyak pesanan dan
mampu melayani pesanan tersebut, namun tidak hanya madu saja yang penah dikecap
oleh beliau, tetapi ia juga sering rugi, kerugian ini biasanya karena wayang
yang dibeli tidak dibayar. Selama berpuluh- puluh tahun membuat wayang, proses
dan inovasi pembuatan wayang sangat jarang, perubahan wayang jarang dilakukan,
tetapi dalam membuat tokoh baru juga dilakukan, ini dilakukan karena pesanan
dan tren yang berlaku pada saat itu. Harapan bapak Wagimin sebagai pembuat
wayang yaitu semoga wayang masih digemari, pesanan banyak dan mampu melayani
proses pembuatan wayang