LEGIUN
MANGKUNEGARAN PADA ZAMAN HINDIA BELANDA
Pendahuluan
Semakin
menurunya minat mempelajari buaya sejarah oleh generasi muda, maka peneliti
mengadakan penelitian tentang Prajurit Kraton
Mangkunegaran, Surakarta, pada zaman kolonial Hindia Belanda guna mengetahui
lebih jauh tentang prajurit yang ada di kraton tersebut.
Faktor penyebabnya generasi muda sudah meninggalkan
sejarah dan budaya asli bangsa Indonesia dengan adanya kemajuan iptek dan
globalisasi baik di lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Rendahnya
minat baca dan kecintaan akan sejarah dan budaya bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas peneliti
bermaksud untuk menulis materi perkuliahan tentang Prjurit Mangkunegaran Pada
Saat Kolonial Hindia Belanda. Jadi ada beberapa permasalahan yang diangkat oleh
penulis mengenai Legiun Mangkunegaran pada zaman Hindia-Belanda, yaitu:
1.
Sejak kapan pasukan Mangkunegaran ada?
2.
Bagaimana peran prajurit wanita di
kraton Mangkunegaran?
3.
Bagaimana struktur militer di
Mangkunegaran
4.
Peran apa sajakah yang pernah di lakukan
oleh Pasukan Mangkunegran?
5.
Bagaimana Kedudukan Pasukan
Mangkunegaran pada Zaman Jepang?
Dari bebrapa permasalahan tersebut,
penulis menulis makalah ini bertujuan untuk mengenal dan megetahui prajurit/
pasukan yang ada di Kraton Mangkunegaran Surakarta pada zaman Kolonial Hindia
Belanda karena pada saat itu isa dikatakan bahwa Legiun Mangkenagaran merupakan
sebuah pasukan yang sangat terlatih dan sudah digunakan untuk berbagai
pertempuran baik di Jawa maupn di beberapa Negara di Eropa. Selain itu penulis
juga ingin melestarikan budaya yang hampir punah agar bisa diketahui oleh
generasi yang akan datang. Sebab seperti kita ketahui Legiun Mangkunegaran
merupakan pasukan elit satu-satunya di Indonesia dan hanya dimiliki oleh Praja
Mangkunegaran. Penulis juga ingin untuk menambah wawasan pengetahuan tentang
keparajuritan pada zaman dahulu.
Sejarah Berdirinya Prajirit Mangkunagaran
Legiun
mangkunegaran merupakan prajujrit profesional pertama di Nusantara. Prajurit
mangkunegaran disebut prajurit profesional karena prajurit Mangkunegaran
mendapat pendidikan Eropa dan hanya bekerja sebagai prajurit saja dan ketika
pensiun kuga mendapatkan dan pensiun. Walaupun prajurit Mangkunegaran juga
digunakan VOC ketika VOC berperang.
Legiun
Mangkunegaran tidak diketahui kapan dibentuk dan diresmikan, tetapi cikal bakal
Legiun Mangkunegaran berasal dari
penyusunan pasukan dilakukan di Laroh, Kawasan Wonogiri, dimana pasukan
tersebut menjadi suatu angkatan perang yang lebih tersusun. Pada awal
berdirinya namanya bukan Legiun dan pada berdirinya Praja Mangkungaran pada17 Maret 1757 di pertemuan Salatiga yaitu
dengan ditetapkanya “de positie, rang en inkomsten van dozen berugten, onder
nomende en dappere prins, die java tot onderate boven had gegooid on dewelke
achoon kleyn van postuur, het vuur en de vivaciteit uyt de oogen straalt-
geregeld”, yang artinya “diatur kedudukan, pangkat serta penghasilan dari
pangeran yang tenar, berani dan wira yang menjempalikkan tanah jawa, walaupun
kecil badannya, namun matanya menyorotkan api dan kehidupan.” pasukan-pasukanya
tetap dipelihara, pada hakekatnya lanjutan dari apa yang telah diadakan untuk
bertempur dengan musuh. Dan setelah Praja Mangkunagaran berdiri dengan pemegang
tampuk pimpinan Mangkunegara I barang tentu pasukan-pasukan itu juga menambah
gengsi sebagaimana pada kerajaan lainya.
Awal
terbentuknya Prajurit Mangkunagaran yaitu bertepatan dengan didirikan pada Raden
Mas Said dijadikan pangeran Miji, langsung dibawah Sunan, dengan menerima
hak-hak keistimewaan mengenai tata upacara dengan diberi tanah lungguh sebesar
4000 karya, terletak di kawasan Laroh,
daerah pangkal mulanya perjuangan ; matesih; pegunungan selatan. Raden Mas Said
juga diberi gelar “Pangeran Adipati Aria
Mangkunagara”
Keadaan Awal Keprajuritan Mangkunagara
Setelah
Raden Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) diangkat menjadai Mangkunagara I, maka
keadaan keprajuritan Mangkunagaran sebagai berikut:
Pasukan
yang terbentuk dalam perjuangan ditambah lagi dengan :
1.
Trunakroda 44 darat, keris, pedang
2.
Trunayukada 44
darat, keris, perdang
3.
Minakan 44
darat, keris, pedang
4.
Tambakbana 44
darat, keris, pedang
5.
Tambakbrata 44
darat, keris, pedang
6.
Dasawani 44 darat, keris, cengking (memiliki
Kerbau 40 ekor)
7.
Dasarambat 44
darat, keris, Cengking (memiliki Kerbau 40 ekor)
8.
Prangtandang 44
darat, panah,lawung, keris
9.
Tirtasana 44
darat, panah, lawung
10. Gunasemita 44
darat, tumbak, sulam, keris
11. Gunatalikrama 44 darat, tumbak, sulam, keris
·
Gunan (memelihara
60 kerbau)
1.
Ciptamiguna 44
darat, panah, keris
2.
Sabdamiguna 44
darat, panah, keris
·
Dasarata
(memelihara Kerbau 40 ekor)
1.
Dasamuka 44 darat, tombak separo, senapan
separo
2.
Nirbita 44 darat, tombak separo, senapan separo
3.
Trunaduta 44
darat, tombak, gambuh
4.
Handakalawung 44
darat, senapan
5.
Trunaduta 44
darat, tombak, gambuh
6.
Trunasura 44
darat, tombak, gambuh
7.
Handakalawung 44
darat, senapan
8.
Handakawatang 44
darat, senapan
9.
Kauman 44 darat, bandil
10. Danuwirata 44
darat, bandil
11. Danuwirapaksa 44 darat, bandil
·
Madyan
1.
Madyautama 44
darat, panah, keris carabali
2.
Madyaprabata 44
darat
3.
Madyapratala 44
darat
4.
Madyaprajangga 44
darat
·
Nagungan
1.
Katawinangun 44
darat, panah, pentung
2.
Purwawinangun 44
darat, panah, pentung
1.
Singakurda 88 darat, lawung sulam
2.
Brajawani 44
darat, lawung
3.
Maradada 44
darat, lawung
4.
Prawirarana 44
darat, lawung
5.
Prawirasakti 44
darat, lawung
6.
Sanaputra 88
berkuda, karbin, keris, anggaran
Prajurit ini
memelihara 100 ekor kerbau
Pada
waktu Mangkunegara I memegang kekuasaan Praja Mangkunegaran terdapat pasukan
prajurit dibagi dalam bagian yang semua jumlah banyaknya prajurit:
1.
Wanita yang berkuda 44
priya 2076 = 2124
2.
Wnita yang membawa
karbin 44 priya 440 =
484
3.
Wanita yang membawa
senapan 44 priya 396 = 440
4.
Yang membawa Panah priya
83 =
83
Tombak 528 =
528
Pentung 396 =
396
Gembel dan Bendil 220 =
220
Pada
keadaan aman kerbau- kerbau ini digunakan untuk mengolah sawah, Tetapi pada
keadaan perang kerbau-kerbau ini dipakai sebagai hewan muatan:
perkakas-perkakas perang yang dibutuhkan dalam palagan atau peluru
Sejarah
Terbentuknya Pasukan Mangkunegaran
Legioen
Mangkunegaran menempati barak tentara di lapangan sebelah barat jalan masuk
Pura Mangkunegaran. Untuk persenjataannya ditempatkan di gedung sebelah timur.
Segala bentuk biaya termasuk persenjataan dibiayai oleh pemerintah Hindia
Belanda.Pura Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten yang pada waktu kejayaannya
juga mempunyai korps militer elit dan maju. Kekuatan militer yang dibentuk itu
bernama Legioen Mangkunegaran yang pada masanya sangat disegani. Pada tanggal
29 Juli 1808, Gubernur Jenderal Daendels mengangkat Pangeran Ario Prabu Prang
Wedono menjadi kolonel untuk memimpin Legioen Mangkunegaran. Awal jumlah
tentara Legioen Mangkunegaran saat itu adalah 800 prajurit infantrie
fusilier, 100 prajurit jagers, 200 prajurit kavallerie,
dan 50 prajurit rijdende artillerie.Legioen Mangkunegaran merupakan
tentara cadangan pemerintah Hindia Belanda yang bisa dipakai sewaktu-waktu jika
pemerintah Hindia Belanda membutuhkannya.
Legioen Mangkunegaran juga dibekali berbagai
keterampilan dalam bidang mempertahankan diri. Banyak juga buku pegangan yang
diberikan kepada tentara Legioen Mangkunegaran, seperti Aanwijzingen voor
de schiet-opleiding met de tankbuks m 38, yaitu petunjuk menembak dengan
senapan tank 38. Selain itu juga ada buku Schiet-voorscrift voor de infantrie,
Dee 1: Geweeren karabijn, yaitu buku petunjuk bagi infantri jilid 1:
senapan dan karabin.
Kebangkrutan VOC sebagai kongsi dagang
Belanda berakhir dengan dibubarkannya kongsi tersebut pada tanggal 1 Januari
1800 oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda.Tanggung jawab VOC di Nusantara ini
juga lantas diambil alih oleh kerajaan. Pada waktu pembubaran terjadi, di Jawa kerajaan
yang terbagi sudah menjalani suksesi untuk yang pertama kalinya sejak Giyanti
(1755) dan Salatiga (1757).Kasunanan diperintah oleh Pakubuwana IV, Kasultanan diperintah oleh Hamengkubuwana II dan Mangkunegaran di perintah oleh Mangkunegara II. Ketiga penguasa di jawa itu
dalam menghadapi perubahan jaman mengambil sikap yang berbeda. Semacam menganut
suatu ideologi yang mendorong untuk bekerja demi kepentingan negara dan
kerajaannya.
Mangkunegara
II mengambil inisiatif yang cepat dengan datangnya Daendels ke Jawa.Legiun yang berkekuatan 1150
ribu personil dibentuk tahun 1808 sebagai wadah untuk menampung dan membangun
kembali kekuatan militer peninggalan pendahulunya. Legiun ini terdiri dari
pasukan infantri, kavaleri atau pasukan berkuda dan artileri.
Sri Mangkunegara II adalah Kolonel pertama dalam pasukan Legiun
Mangkunegaran dengan kata lain dalam sejarah Legiun ini Adipati ke dua di Mangkunegaran adalah pemegang jabatan komandan yang
pertama kali.
Sri
Mangkunegara
II meski memiliki
alasan kuat untuk membenci Belanda tetapi demi pembangunan militer yang
kuat untuk sementara waktu mendahulukan kepentingan kerajaan dengan jalan
mengundang perwira perwira militer Belanda yang profesional untuk
melatih dan menggembleng Korps Mangkunegaran ini.
Prajurit
Wanita Mengkunegaran
Tugas prajurit perempuan istana adalah menyambut tamu
kehormatan. Mereka mengenakan pakaian laki-laki bersulam emas, menyambut tamu
dengan menembakkan senjata tiga kali ke udara, setelah itu mereka naik kuda dan
di belakangnya diikuti oleh Mangkunegara dan tamu-tamunya. Sesampai di tempat
penerimaan tamu, prajurit perempuan itu masuk ke Dalem (sebuah ruang khusus)
untuk berganti pakaian putih polos, dan kemudian tampil kembali di hadapan
tamu-tamu, menunjukkan kemahirannya memanah. Pada saat yang lain, prajurit
perempuan ini menari, memeragakan tubuhnya yang gagah-gemulai dalam tari-tari
keprajuritan. Menurut penulis buku harian ini, yang merupakan bagian dari
pasukan tersebut, para tamu berdecak kagum melihat kemahiran mereka, dan konon
pertunjukan semacam ini belum pernah dilihat pegawai Kumpeni di Keraton
Surakarta, Yogyakarta, dan Semarang.
Institusi keprajuritan perempuan ini dibangun setelah
Mangkunegara I, anak Pangeran Arya Mangkunegara, adik Pakubuwana II, yang waktu
mudanya bernama Suryakusuma dengan gelar Pangeran Prang Wadana, dan lebih
populer disebut Mas Said, menghentikan peperangannya.
Belum jelas apakah prajurit perempuan juga pernah berperang
di medan laga. Ann Kumar kesulitan menjawab hal ini karena ketaktersediaan
sumber sejarah tentang itu. Kecuali, cerita para perempuan yang bertempur di
medan perang yang banyak ditulis Sastra Jawa.Sebagai penyanding fakta, sebelum
Mangkunegara I membentuk institusi prajurit perempuan itu, di Kerajaan
Darusalam (sekarang Aceh) pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) telah
dibentuk institusi serupa yang diberi nama Divisi Keumala Cahya. Diceritakan
resimen prajurit perempuan itu dipimpin oleh perempuan pula, dengan tugas
menyambut tamu-tamu agung istana. Resimen ini juga disebut suke kaway istana
(resimen kawal istana). Karena itu, dituliskan oleh A Hasjmy (1983) dalam
bukunya, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, prajurit perempuan itu dipilih dari
gadis-gadis yang bertubuh ramping dan rupawan. Sebelumnya, pada masa kakek
Iskandar Muda bertakhta, Sultan Alaidin Ri’ayat Syah IV (1589-1604) telah
menghimpun janda prajurit yang dikirim perang ke Selat Malaka untuk perang
dengan Portugis dan mendidik mereka sebagai prajurit maritim. Institusi
prajurit maritim perempuan itu dinamakan Inong Balee di bawah pimpinan Laksamana
Keumala Hayati (sering disebut Malahayati), yang benar-benar pergi perang ke
Selat Malaka.
Ada Fakta bahwa pada abad ke-18 para perempuan telah dididik
sebagai prajurit (kawal keraton) yang tampil gagah di muka umum dan melakukan
hal-hal yang di luar penggambaran citra perempuan Asia selama ini. Ia
membandingkan dengan geisha, prajurit perempuan ini terlatih untuk hal-hal yang
”feminin”, tetapi juga untuk hal-hal yang ”maskulin” yang selalu dicitrakan
berbahaya.
Struktur
Militer
Pada
awalnya memiliki 2 perwira senior dengan pangkat mayor, 4 perwira letnan
ajudan, 9 perwira kapitein, 8 perwira letnan tua, 8 perwira letnan muda, 32
sersan bintara, 62 tamtama kopral, 900 flankier, 200 dragonder (dragoon), dan
50 steffel. Seragam yang dipergunakan adalah; topi syako dan jas hitam pendek
untuk bintara dan prajurit. Topi syako untuk perwira, kemudian jas hitam, dan
celana putih.
Pembangunan kekuatan militer kerajaan secara
periodik mencapai pasang surut sesuai dengan jamannya;
ü Tahun 1808 Legiun Mangkunegaran memiliki; 1.150 prajurit yang
terdiri dari 800 prajurit infanteri (Fusilier), 100 prajurit penyerbu (Jagers),
200 prajurit kavaleri (berkuda), dan 50 prajurit rijdende artileri(KOMPAS, 4
Oktober 2010)
ü
Tahun 1816 jumlah personilnya
ada 739 serdadu kemudian sebanyak 800 orang.
ü
Tahun 1825-1830 jumlah personil
militernya ada 1500 serdadu.
ü
Tahun 1831 Jumlahnya berkurang
menjadi 1000 serdadu.
ü
Tahun 1888 Pasukan Artileri
berkekuatan 50 tentara ditiadakan dengan alasan krisis keuangan.
Untuk
membentuk dan membangun militer yang moderen dan tangguh pada jamannya
dijalankan bentuk bentuk pencapaian sebagai berikut:
ü Reorganisasi kemiliteran
ü Disusun buku panduan Sekolah Prajurit 1855
ü Mendatangkan pelatif profesional ketentaraan dari Eropa; 1 kapten
infanteri, 4 bintara infanteri, 1 letnan dan 1 bintara kavaleri. 4. Tahun 1935
Legiun Mangkunegaran dibagi dalam staf yang memiliki;ajudan atau intendan,
dokter militer, dan korps musik, dan batalyon dibagi dengan 6 kompi serta unit
mitraliur
Misi
Yang Dilakukan Pasukan Mangkunegaran
Beberapa misi yang pernah
dilakukan oleh Pasukan Mangkunegaran, antara lain :
ü Misi di Jogja
Pemberangkatan pasukan Mangkunegaran
tiba di Yogyakarta pada tahun 1812 dan langsung dipimpin
oleh sang komandan Pangeran Adipati
Prangwadana. Misi di Yogyakarta selain mencegah konflik yang berlarut di
kalangan keluarga sultan Yogyakarta juga untuk menghadiri wisuda Pangeran Natakusuma sebagai Adipati Paku Alam I. Pasukan Mangkunegaran di Yogyakarta dihadang
oleh oleh pasukan Yogyakarta yang dipimpin oleh Raden Sindureja.
ü
Misi di Aceh
Dalam
misi penyerbuan ke Aceh Legiun Mangkunegaran dengan Paku Alam berangkat dari
pelabuhan Semarang.KPH. Gandasisworo dari Mangkunegaran dan KPH. Pakukuning dari Paku Alaman keduanya adalah sebagai
komandan misi dari masing masing kerajaan.
ü
Pertempuran Tuntang
Pertempuran
di tuntang tempat Gubernur Yanssens menyerah adalah pertempuran mempertahankan
pulau Jawa dari serbuan Inggris tetapi gagal.Dalam babad Paku Alaman dikatakan
bahwa Pangeran Prangwadana keplajar
atau melarikan diri dari arena pertempuran tetapi babad Paku Alaman tidak
pernah mengemukakan satuan pasukan dari Kasultanan dan Kasunanan yang memiliki
kewajiban membantu pasukan Yanssens menghadapi Inggris. Satu satunya bantuan
yang dinantikan oleh Yanssen ternyata hanya datang dari Mangkunegaran.
ü
Perang Dunia II
Legiun Mangkunegaran terlibat dalam perang
dunia II ketika Jepang menyerbu Jawa.
Pembubaran
Pasukan
Runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda yang
diikuti masuknya tentara Jepang ke Hindia Belanda, juga berdampak kepada
Legioen Mangkunegaran. Akhirnya tahun 1942 Legioen Mangkunegaran dibubarkan
pemerintah pendudukan Jepang.
Kesimpulan
Juli
1808, Gubernur Jenderal Daendels mengangkat Pangeran Ario Prabu Prang Wedono
menjadi kolonel untuk memimpin Legioen Mangkunegaran. Awal jumlah tentara
Legioen Mangkunegaran saat itu adalah 800 prajurit infantrie fusilier,
100 prajurit jagers, 200 prajurit kavallerie, dan 50 prajurit
rijdende artillerie. Segala bentuk biaya termasuk persenjataan
dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda Legioen Mangkunegaran merupakan tentara
cadangan pemerintah Hindia Belanda yang bisa dipakai sewaktu-waktu jika
pemerintah Hindia Belanda membutuhkannya. Legioen Mangkunegaran juga dibekali
berbagai keterampilan dalam bidang mempertahankan diri. Banyak juga buku
pegangan yang diberikan kepada tentara Legioen Mangkunegaran. Di Pura
mankunegaran terdapat pula Prajurit wanita. Tugas prajurit perempuan istana adalah menyambut tamu
kehormatan. Mereka mengenakan pakaian laki-laki bersulam emas, menyambut tamu
dengan menembakkan senjata tiga kali ke udara, setelah itu mereka naik kuda dan
di belakangnya diikuti oleh Mangkunegara dan tamu-tamunya. Sesampai di tempat
penerimaan tamu, prajurit perempuan itu masuk ke Dalem (sebuah ruang khusus)
untuk berganti pakaian putih polos, dan kemudian tampil kembali di hadapan
tamu-tamu, menunjukkan kemahirannya memanah. Pada saat yang lain, prajurit
perempuan ini menari, memeragakan tubuhnya yang gagah-gemulai dalam tari-tari
keprajuritan.
Buat
para generasi muda jangan melupakan
jasa- jasa pahlawan, karena kita tidak bisa merdeka apabila tiadak ada pahlawan
yang mau berjuang untuk Bangsa Indonesia
Daftar
Pustaka
dan beberapa arsip dari Pura MAngkunegaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar