Sabtu, 24 November 2012

LEGIUN MANGKUNEGARAN PADA ZAMAN HINDIA BELANDA


LEGIUN MANGKUNEGARAN PADA ZAMAN HINDIA BELANDA

Pendahuluan

Semakin menurunya minat mempelajari buaya sejarah oleh generasi muda, maka peneliti mengadakan penelitian tentang Prajurit Kraton Mangkunegaran, Surakarta, pada zaman kolonial Hindia Belanda guna mengetahui lebih jauh tentang prajurit yang ada di kraton tersebut.
Faktor penyebabnya generasi muda sudah meninggalkan sejarah dan budaya asli bangsa Indonesia dengan adanya kemajuan iptek dan globalisasi baik di lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Rendahnya minat baca dan kecintaan akan sejarah dan budaya bangsa.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas peneliti bermaksud untuk menulis materi perkuliahan tentang Prjurit Mangkunegaran Pada Saat Kolonial Hindia Belanda. Jadi ada beberapa permasalahan yang diangkat oleh penulis mengenai Legiun Mangkunegaran pada zaman Hindia-Belanda, yaitu:
1.                  Sejak kapan pasukan Mangkunegaran ada?
2.                  Bagaimana peran prajurit wanita di kraton Mangkunegaran?
3.                  Bagaimana struktur militer di Mangkunegaran
4.                  Peran apa sajakah yang pernah di lakukan oleh Pasukan Mangkunegran?
5.                  Bagaimana Kedudukan Pasukan Mangkunegaran pada Zaman Jepang?
Dari bebrapa permasalahan tersebut, penulis menulis makalah ini bertujuan untuk mengenal dan megetahui prajurit/ pasukan yang ada di Kraton Mangkunegaran Surakarta pada zaman Kolonial Hindia Belanda karena pada saat itu isa dikatakan bahwa Legiun Mangkenagaran merupakan sebuah pasukan yang sangat terlatih dan sudah digunakan untuk berbagai pertempuran baik di Jawa maupn di beberapa Negara di Eropa. Selain itu penulis juga ingin melestarikan budaya yang hampir punah agar bisa diketahui oleh generasi yang akan datang. Sebab seperti kita ketahui Legiun Mangkunegaran merupakan pasukan elit satu-satunya di Indonesia dan hanya dimiliki oleh Praja Mangkunegaran. Penulis juga ingin untuk menambah wawasan pengetahuan tentang keparajuritan pada zaman dahulu.

Sejarah Berdirinya Prajirit Mangkunagaran
Legiun mangkunegaran merupakan prajujrit profesional pertama di Nusantara. Prajurit mangkunegaran disebut prajurit profesional karena prajurit Mangkunegaran mendapat pendidikan Eropa dan hanya bekerja sebagai prajurit saja dan ketika pensiun kuga mendapatkan dan pensiun. Walaupun prajurit Mangkunegaran juga digunakan VOC ketika VOC berperang.
Legiun Mangkunegaran tidak diketahui kapan dibentuk dan diresmikan, tetapi cikal bakal Legiun Mangkunegaran  berasal dari penyusunan pasukan dilakukan di Laroh, Kawasan Wonogiri, dimana pasukan tersebut menjadi suatu angkatan perang yang lebih tersusun. Pada awal berdirinya namanya bukan Legiun dan pada berdirinya Praja Mangkungaran  pada17 Maret 1757 di pertemuan Salatiga yaitu dengan ditetapkanya “de positie, rang en inkomsten van dozen berugten, onder nomende en dappere prins, die java tot onderate boven had gegooid on dewelke achoon kleyn van postuur, het vuur en de vivaciteit uyt de oogen straalt- geregeld”, yang artinya “diatur kedudukan, pangkat serta penghasilan dari pangeran yang tenar, berani dan wira yang menjempalikkan tanah jawa, walaupun kecil badannya, namun matanya menyorotkan api dan kehidupan.” pasukan-pasukanya tetap dipelihara, pada hakekatnya lanjutan dari apa yang telah diadakan untuk bertempur dengan musuh. Dan setelah Praja Mangkunagaran berdiri dengan pemegang tampuk pimpinan Mangkunegara I barang tentu pasukan-pasukan itu juga menambah gengsi sebagaimana pada kerajaan lainya.
Awal terbentuknya Prajurit Mangkunagaran yaitu bertepatan dengan didirikan pada Raden Mas Said dijadikan pangeran Miji, langsung dibawah Sunan, dengan menerima hak-hak keistimewaan mengenai tata upacara dengan diberi tanah lungguh sebesar 4000 karya, terletak di  kawasan Laroh, daerah pangkal mulanya perjuangan ; matesih; pegunungan selatan. Raden Mas Said juga diberi gelar  “Pangeran Adipati Aria Mangkunagara”

Keadaan Awal Keprajuritan Mangkunagara
Setelah Raden Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) diangkat menjadai Mangkunagara I, maka keadaan keprajuritan Mangkunagaran sebagai berikut:
Pasukan yang terbentuk dalam perjuangan ditambah lagi dengan :
1.      Trunakroda                        44 darat, keris, pedang
2.      Trunayukada                     44 darat, keris, perdang
3.      Minakan                            44 darat, keris, pedang
4.      Tambakbana                      44 darat, keris, pedang
5.      Tambakbrata                     44 darat, keris, pedang
6.      Dasawani                          44 darat, keris, cengking (memiliki Kerbau 40 ekor)
7.      Dasarambat                       44 darat, keris, Cengking (memiliki Kerbau 40 ekor)
8.      Prangtandang                    44 darat, panah,lawung, keris
9.      Tirtasana                            44 darat, panah, lawung
10.  Gunasemita                       44 darat, tumbak, sulam, keris
11.  Gunatalikrama                   44 darat, tumbak, sulam, keris
·         Gunan (memelihara 60 kerbau)
1.      Ciptamiguna                      44 darat, panah, keris
2.      Sabdamiguna                    44 darat, panah, keris
·         Dasarata (memelihara Kerbau 40 ekor)
1.      Dasamuka                         44 darat, tombak separo, senapan separo
2.      Nirbita                               44 darat, tombak separo, senapan separo
3.      Trunaduta                          44 darat, tombak, gambuh
4.      Handakalawung                44 darat, senapan
5.      Trunaduta                          44 darat, tombak, gambuh
6.      Trunasura                          44 darat, tombak, gambuh
7.      Handakalawung                44 darat, senapan
8.      Handakawatang                44 darat, senapan
9.      Kauman                             44 darat, bandil
10.  Danuwirata                       44 darat, bandil
11.  Danuwirapaksa                 44 darat, bandil
·         Madyan
1.      Madyautama                     44 darat, panah, keris carabali
2.      Madyaprabata                   44 darat
3.      Madyapratala                    44 darat
4.      Madyaprajangga               44 darat
·         Nagungan
1.      Katawinangun                   44 darat, panah, pentung
2.      Purwawinangun                44 darat, panah, pentung
1.      Singakurda                        88 darat, lawung sulam
2.      Brajawani                          44 darat, lawung
3.      Maradada                          44 darat, lawung
4.      Prawirarana                       44 darat, lawung
5.      Prawirasakti                      44 darat, lawung
6.      Sanaputra                          88 berkuda, karbin, keris, anggaran
Prajurit ini memelihara 100 ekor kerbau
Pada waktu Mangkunegara I memegang kekuasaan Praja Mangkunegaran terdapat pasukan prajurit dibagi dalam bagian yang semua jumlah banyaknya prajurit:
1.      Wanita yang berkuda                    44 priya           2076    = 2124
2.      Wnita yang membawa karbin       44 priya            440     = 484
3.      Wanita yang membawa senapan   44 priya           396     = 440
4.      Yang membawa Panah                      priya             83     =   83
         Tombak                                       528     = 528
         Pentung                                       396     = 396
         Gembel dan Bendil                     220     = 220
Pada keadaan aman kerbau- kerbau ini digunakan untuk mengolah sawah, Tetapi pada keadaan perang kerbau-kerbau ini dipakai sebagai hewan muatan: perkakas-perkakas perang yang dibutuhkan dalam palagan atau peluru
Pada awal pembentukan prajurit dalam jumlah tersebut termasuk dalam jumlah besar. Seragam yang digunakan dari praja mangkunagara tidak menentu, menurut kehendak Mangkunagara I dan tergantung apa yang dimiliki berupa bahan pakaian. Yang terbanyak dengan pinggiran renda. 

Sejarah Terbentuknya Pasukan Mangkunegaran

Legioen Mangkunegaran menempati barak tentara di lapangan sebelah barat jalan masuk Pura Mangkunegaran. Untuk persenjataannya ditempatkan di gedung sebelah timur. Segala bentuk biaya termasuk persenjataan dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda.Pura Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten yang pada waktu kejayaannya juga mempunyai korps militer elit dan maju. Kekuatan militer yang dibentuk itu bernama Legioen Mangkunegaran yang pada masanya sangat disegani. Pada tanggal 29 Juli 1808, Gubernur Jenderal Daendels mengangkat Pangeran Ario Prabu Prang Wedono menjadi kolonel untuk memimpin Legioen Mangkunegaran. Awal jumlah tentara Legioen Mangkunegaran saat itu adalah 800 prajurit infantrie fusilier, 100 prajurit jagers, 200 prajurit kavallerie, dan 50 prajurit rijdende artillerie.Legioen Mangkunegaran merupakan tentara cadangan pemerintah Hindia Belanda yang bisa dipakai sewaktu-waktu jika pemerintah Hindia Belanda membutuhkannya.
Legioen Mangkunegaran juga dibekali berbagai keterampilan dalam bidang mempertahankan diri. Banyak juga buku pegangan yang diberikan kepada tentara Legioen Mangkunegaran, seperti Aanwijzingen voor de schiet-opleiding met de tankbuks m 38, yaitu petunjuk menembak dengan senapan tank 38. Selain itu juga ada buku Schiet-voorscrift voor de infantrie, Dee 1: Geweeren karabijn, yaitu buku petunjuk bagi infantri jilid 1: senapan dan karabin.
Kebangkrutan VOC sebagai kongsi dagang Belanda berakhir dengan dibubarkannya kongsi tersebut pada tanggal 1 Januari 1800 oleh Pemerintahan Kerajaan Belanda.Tanggung jawab VOC di Nusantara ini juga lantas diambil alih oleh kerajaan. Pada waktu pembubaran terjadi, di Jawa kerajaan yang terbagi sudah menjalani suksesi untuk yang pertama kalinya sejak Giyanti (1755) dan Salatiga (1757).Kasunanan diperintah oleh Pakubuwana IV, Kasultanan diperintah oleh Hamengkubuwana II dan Mangkunegaran di perintah oleh Mangkunegara II. Ketiga penguasa di jawa itu dalam menghadapi perubahan jaman mengambil sikap yang berbeda. Semacam menganut suatu ideologi yang mendorong untuk bekerja demi kepentingan negara dan kerajaannya.
Mangkunegara II mengambil inisiatif yang cepat dengan datangnya Daendels ke Jawa.Legiun yang berkekuatan 1150 ribu personil dibentuk tahun 1808 sebagai wadah untuk menampung dan membangun kembali kekuatan militer peninggalan pendahulunya. Legiun ini terdiri dari pasukan infantri, kavaleri atau pasukan berkuda dan artileri. Sri Mangkunegara II adalah Kolonel pertama dalam pasukan Legiun Mangkunegaran dengan kata lain dalam sejarah Legiun ini Adipati ke dua di Mangkunegaran adalah pemegang jabatan komandan yang pertama kali.
Sri Mangkunegara II meski memiliki alasan kuat untuk membenci Belanda tetapi demi pembangunan militer yang kuat untuk sementara waktu mendahulukan kepentingan kerajaan dengan jalan mengundang perwira perwira militer Belanda yang profesional untuk melatih dan menggembleng Korps Mangkunegaran ini.

Prajurit Wanita Mengkunegaran

Tugas prajurit perempuan istana adalah menyambut tamu kehormatan. Mereka mengenakan pakaian laki-laki bersulam emas, menyambut tamu dengan menembakkan senjata tiga kali ke udara, setelah itu mereka naik kuda dan di belakangnya diikuti oleh Mangkunegara dan tamu-tamunya. Sesampai di tempat penerimaan tamu, prajurit perempuan itu masuk ke Dalem (sebuah ruang khusus) untuk berganti pakaian putih polos, dan kemudian tampil kembali di hadapan tamu-tamu, menunjukkan kemahirannya memanah. Pada saat yang lain, prajurit perempuan ini menari, memeragakan tubuhnya yang gagah-gemulai dalam tari-tari keprajuritan. Menurut penulis buku harian ini, yang merupakan bagian dari pasukan tersebut, para tamu berdecak kagum melihat kemahiran mereka, dan konon pertunjukan semacam ini belum pernah dilihat pegawai Kumpeni di Keraton Surakarta, Yogyakarta, dan Semarang.
Institusi keprajuritan perempuan ini dibangun setelah Mangkunegara I, anak Pangeran Arya Mangkunegara, adik Pakubuwana II, yang waktu mudanya bernama Suryakusuma dengan gelar Pangeran Prang Wadana, dan lebih populer disebut Mas Said, menghentikan peperangannya.

Belum jelas apakah prajurit perempuan juga pernah berperang di medan laga. Ann Kumar kesulitan menjawab hal ini karena ketaktersediaan sumber sejarah tentang itu. Kecuali, cerita para perempuan yang bertempur di medan perang yang banyak ditulis Sastra Jawa.Sebagai penyanding fakta, sebelum Mangkunegara I membentuk institusi prajurit perempuan itu, di Kerajaan Darusalam (sekarang Aceh) pada zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) telah dibentuk institusi serupa yang diberi nama Divisi Keumala Cahya. Diceritakan resimen prajurit perempuan itu dipimpin oleh perempuan pula, dengan tugas menyambut tamu-tamu agung istana. Resimen ini juga disebut suke kaway istana (resimen kawal istana). Karena itu, dituliskan oleh A Hasjmy (1983) dalam bukunya, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, prajurit perempuan itu dipilih dari gadis-gadis yang bertubuh ramping dan rupawan. Sebelumnya, pada masa kakek Iskandar Muda bertakhta, Sultan Alaidin Ri’ayat Syah IV (1589-1604) telah menghimpun janda prajurit yang dikirim perang ke Selat Malaka untuk perang dengan Portugis dan mendidik mereka sebagai prajurit maritim. Institusi prajurit maritim perempuan itu dinamakan Inong Balee di bawah pimpinan Laksamana Keumala Hayati (sering disebut Malahayati), yang benar-benar pergi perang ke Selat Malaka.
Ada Fakta bahwa pada abad ke-18 para perempuan telah dididik sebagai prajurit (kawal keraton) yang tampil gagah di muka umum dan melakukan hal-hal yang di luar penggambaran citra perempuan Asia selama ini. Ia membandingkan dengan geisha, prajurit perempuan ini terlatih untuk hal-hal yang ”feminin”, tetapi juga untuk hal-hal yang ”maskulin” yang selalu dicitrakan berbahaya.

Struktur Militer

Pada awalnya memiliki 2 perwira senior dengan pangkat mayor, 4 perwira letnan ajudan, 9 perwira kapitein, 8 perwira letnan tua, 8 perwira letnan muda, 32 sersan bintara, 62 tamtama kopral, 900 flankier, 200 dragonder (dragoon), dan 50 steffel. Seragam yang dipergunakan adalah; topi syako dan jas hitam pendek untuk bintara dan prajurit. Topi syako untuk perwira, kemudian jas hitam, dan celana putih.
Pembangunan kekuatan militer kerajaan secara periodik mencapai pasang surut sesuai dengan jamannya;
ü    Tahun 1808 Legiun Mangkunegaran memiliki; 1.150 prajurit yang terdiri dari 800 prajurit infanteri (Fusilier), 100 prajurit penyerbu (Jagers), 200 prajurit kavaleri (berkuda), dan 50 prajurit rijdende artileri(KOMPAS, 4 Oktober 2010)
ü    Tahun 1816 jumlah personilnya ada 739 serdadu kemudian sebanyak 800 orang.
ü    Tahun 1825-1830 jumlah personil militernya ada 1500 serdadu.
ü    Tahun 1831 Jumlahnya berkurang menjadi 1000 serdadu.
ü    Tahun 1888 Pasukan Artileri berkekuatan 50 tentara ditiadakan dengan alasan krisis keuangan.
Untuk membentuk dan membangun militer yang moderen dan tangguh pada jamannya dijalankan bentuk bentuk pencapaian sebagai berikut:
ü    Reorganisasi kemiliteran
ü    Disusun buku panduan Sekolah Prajurit 1855
ü    Mendatangkan pelatif profesional ketentaraan dari Eropa; 1 kapten infanteri, 4 bintara infanteri, 1 letnan dan 1 bintara kavaleri. 4. Tahun 1935 Legiun Mangkunegaran dibagi dalam staf yang memiliki;ajudan atau intendan, dokter militer, dan korps musik, dan batalyon dibagi dengan 6 kompi serta unit mitraliur

Misi Yang Dilakukan Pasukan Mangkunegaran

Beberapa misi yang pernah dilakukan oleh Pasukan Mangkunegaran, antara lain :
ü    Misi di Jogja
Pemberangkatan pasukan Mangkunegaran tiba di Yogyakarta pada tahun 1812 dan langsung dipimpin oleh sang komandan Pangeran Adipati Prangwadana. Misi di Yogyakarta selain mencegah konflik yang berlarut di kalangan keluarga sultan Yogyakarta juga untuk menghadiri wisuda Pangeran Natakusuma sebagai Adipati Paku Alam I. Pasukan Mangkunegaran di Yogyakarta dihadang oleh oleh pasukan Yogyakarta yang dipimpin oleh Raden Sindureja.
ü    Misi di Aceh
Dalam misi penyerbuan ke Aceh Legiun Mangkunegaran dengan Paku Alam berangkat dari pelabuhan Semarang.KPH. Gandasisworo dari Mangkunegaran dan KPH. Pakukuning dari Paku Alaman keduanya adalah sebagai komandan misi dari masing masing kerajaan.
ü    Pertempuran Tuntang
Pertempuran di tuntang tempat Gubernur Yanssens menyerah adalah pertempuran mempertahankan pulau Jawa dari serbuan Inggris tetapi gagal.Dalam babad Paku Alaman dikatakan bahwa Pangeran Prangwadana keplajar atau melarikan diri dari arena pertempuran tetapi babad Paku Alaman tidak pernah mengemukakan satuan pasukan dari Kasultanan dan Kasunanan yang memiliki kewajiban membantu pasukan Yanssens menghadapi Inggris. Satu satunya bantuan yang dinantikan oleh Yanssen ternyata hanya datang dari Mangkunegaran.
ü    Perang Dunia II
Legiun Mangkunegaran terlibat dalam perang dunia II ketika Jepang menyerbu Jawa.

Pembubaran Pasukan

Runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda yang diikuti masuknya tentara Jepang ke Hindia Belanda, juga berdampak kepada Legioen Mangkunegaran. Akhirnya tahun 1942 Legioen Mangkunegaran dibubarkan pemerintah pendudukan Jepang.

Kesimpulan

Juli 1808, Gubernur Jenderal Daendels mengangkat Pangeran Ario Prabu Prang Wedono menjadi kolonel untuk memimpin Legioen Mangkunegaran. Awal jumlah tentara Legioen Mangkunegaran saat itu adalah 800 prajurit infantrie fusilier, 100 prajurit jagers, 200 prajurit kavallerie, dan 50 prajurit rijdende artillerie. Segala bentuk biaya termasuk persenjataan dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda Legioen Mangkunegaran merupakan tentara cadangan pemerintah Hindia Belanda yang bisa dipakai sewaktu-waktu jika pemerintah Hindia Belanda membutuhkannya. Legioen Mangkunegaran juga dibekali berbagai keterampilan dalam bidang mempertahankan diri. Banyak juga buku pegangan yang diberikan kepada tentara Legioen Mangkunegaran. Di Pura mankunegaran terdapat pula Prajurit wanita. Tugas prajurit perempuan istana adalah menyambut tamu kehormatan. Mereka mengenakan pakaian laki-laki bersulam emas, menyambut tamu dengan menembakkan senjata tiga kali ke udara, setelah itu mereka naik kuda dan di belakangnya diikuti oleh Mangkunegara dan tamu-tamunya. Sesampai di tempat penerimaan tamu, prajurit perempuan itu masuk ke Dalem (sebuah ruang khusus) untuk berganti pakaian putih polos, dan kemudian tampil kembali di hadapan tamu-tamu, menunjukkan kemahirannya memanah. Pada saat yang lain, prajurit perempuan ini menari, memeragakan tubuhnya yang gagah-gemulai dalam tari-tari keprajuritan.
Buat para  generasi muda jangan melupakan jasa- jasa pahlawan, karena kita tidak bisa merdeka apabila tiadak ada pahlawan yang mau berjuang untuk Bangsa Indonesia









Daftar Pustaka
dan beberapa arsip dari Pura MAngkunegaran