Selasa, 16 April 2013

Wagimin (Pembuat Wayang)

Wagimin,  pendiri sekaligus pemilik Sanggar Wayang Wagimin  yang beralamat di dusun Kepuh, Kelurahan Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kab. Wonogiri. Bapak Wagimin di  yang kini beliau berusia 55 tahun. Beliau mulia menggeluti dunia perwayangan mulai tahun 1985 hingga sekarang, Pak Wagimin menggeluti dunia perwayangan dikarenakan hoby. Dari hoby tersebut pak Wagimin mulai menggeluti dunia perwayangan dalam bidang pembuatan  wayang.
Gambar 1. Gerbang masuk Desa Kepuhsari 

 Pada awalnya pak Wagimin mengenal wayang dari  mendengar cerita dalang yang pentas.  Beliau lebih memilih menjadi penatah wayang bukan menjadi dalang dikarenakan Pak Wagimin sudah terlanjur menjadi pengrajin wajang, dan kurang paham menganai jalan cerita perwayangan. Membuat wayang tidak hanya dikarenakan dari pesanan saja, melainkan untuk stok, apabila nanti wayang tersebut ada yang berniat untuk membelinya, tetapi pada saat ramai pesanan wayang seperti saat ini, beliau hanya membuat untuk pesanan saja dulu.  Pembeli wayang buatannya sangat beragam, mulai dari kalangan dalang, penjual (pedagang wayang), masyarakat umum, dan tokoh- tokoh msyarakat, baru saja Pak Wagimin memenuhi pesanan 1 kotak wayang untuk mantan menteri era orba (Harmoko). Untuk sementara ini pembeli baru berasal dari kalangan domestik, Indonesia saja, kalaupun ada pembeli dari luar negeri biasanya mereka datang langsung, Pak Wagimin belum pernah meng-ekspor wayang buatanyya ke luar negeri, wayang buatannya baru di kirim ke luar pulau jawa saja.
Gambar 2. Wagiman 

Alat- alat yang digunakan untuk menatah membuat wayang seperti tatah wayang, cat, grenjeng, lem, dan gapit. Tak lupa kulit sebagai bahan baku dalam proses pembuatan wayang. Untuk kulit yang digunakan diperoleh dari perusahaan kulit di Jogja dengan cara memesan, sedangkan untuk gapit diperoleh dari pengrajin di daerah tersebut, dan apabila tidak mencukupi, maka akan mencari di desa Kuwel di Klaten. Disini gapit dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gapit tanduk, gapit sintetis dan gapit dari bambu, gapit dari tanduklah yang  sangat digemari dan yang sedikit membedakan harga sebuah wayang. Gapit tanduk pun masih dibedakan menjadi dua, yaitu gapit tanduk “bule” dan gapit tanduk hitam. Sebenarnya semua jenis kulit dapat dijadikan menjadi bahan baku pembuatan wayang, tetapi kulit kerbaulah yang paling bagus untuk di buat menjadi sebuah wayang. Kulit yang memiliki kualitas bagus adalah kulit yang keliahatan bening atau transparan.

Gambar 3. Peralatan yang digunakan untuk membuat wayang


Gambar 4. Gapit wayang

Lama pembuatan satu tokoh wayang berkisar satu minggu. Lama pembuatan satu set (satu kotak wayang) tergantung jumlah wayang dalam kotak tersebut biasanya pemesan yang memesan 200 wayang dalam satu kotak bisa selesai dala waktu empat bulan. Satu kotak wayang biasanya berisi dari 200- 300 wayang, itu tergantung dari pemesan mau berisi berapa wayang, tetapi pembuatan wayang yang memiliki mutu yang bagus (prodo emas) bisa memakan waktu enam sampai tujuh bulan. Adapun tokoh- tokoh wayang yang paling rumit proses pembuatan yaitu tokoh kresno, dan Janoko. Dalam pembuatan tokoh wayang tersebut bisa membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain, proses penatahannya saja bisa memakan waktu empat sampai lima hari, sedangkan bila sampai selesai bisa sampai sekitar sepuluh hari. Harga setiap wayang berbeda beda, tergantung pada ukuran, kerumitan dan mutu dari sebuah wayang tersebut. Disini mutu wayang dibedakan menajadi dua, yaitu prodo grenjeng dan prodo emas.  Untuk prodo grenjeng wayang- wayang disini bandrol sekitar empat ratus sampai empat ratus lima puluh ribu rupiah, sedangkan untuk wayang prodo asli (prodo emas)  bisa lebih dari satu juta rupiah. Harga dari satu set wayang  berkisar 80 juta untuk dua ratus wayang. Dalam sanggar wayang ini memiliki 10 karyawan. Para karyawannya kebanyakan tidak mengerjakan wanyang tersebut di sanggar ini melainkan dikerjakaan dirumah masing- masing. Disini satu wayang dikerjakan oleh satu orang. Karyawannya berasal dari warga sekitar. Menjadi pembuat wayang adalah penghasilan utama dari bapak Wagimin. Dalam sanggar ini dalam satu bulan bisa membuat wayang empat puluh hinga lima puluh wayang. Omset sanggar wayang ini berkisar enam belas juta rupiah.
Gambar 5. Proses Pembuatan Wayang

Kesulitan yang sering dialami oleh Sanggar Wayang Wagimin yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku (kulit) atau alat karena pasokan sering telat. Selain itu kesulitan lain dari sektor penjualan, seringkali wayang menumpuk belum terjual.
Sangar wayang ini dahulu juga sering mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah. Bantuan berupa alat- alat untuk membuat wayang dan pelatihan- pelatihan. melalui Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, wayang- wayang buatan pak Wagimin sering dipamerkan dalam beberapa kesempatan. Hal terindah selama menjadi pengrajin wayang adalalah ketika banyak pesanan dan mampu melayani pesanan tersebut, namun tidak hanya madu saja yang penah dikecap oleh beliau, tetapi ia juga sering rugi, kerugian ini biasanya karena wayang yang dibeli tidak dibayar. Selama berpuluh- puluh tahun membuat wayang, proses dan inovasi pembuatan wayang sangat jarang, perubahan wayang jarang dilakukan, tetapi dalam membuat tokoh baru juga dilakukan, ini dilakukan karena pesanan dan tren yang berlaku pada saat itu. Harapan bapak Wagimin sebagai pembuat wayang yaitu semoga wayang masih digemari, pesanan banyak dan mampu melayani


proses pembuatan wayang